
Tangis Amiruddin pecah saat menyaksikan detik detik putrinya, pebulutangkis ganda putri Indonesia Apriyani Rahayu, menjuarai Olimpiade Tokyo 2020. Amiruddin merasa terharu lantaran sang putri tercinta, Apriyani, bisa memenangkan medali emas di kompetensi olahraga sekelas olimpiade. Sebagaimana diketahui, Apriyani Rahayu yang berpasangan dengan Greysia Polii menjuarai Olimpiade Tokyo sektor ganda putri setelah mengalahkan wakil China, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan dengan dua gim langsung.
Kemenangan keduanya membuat Indonesia sukses meraih medali emas di ajang olahraga empat tahunan terkemuka di dunia tersebut. Amiruddin menuturkan, rasa haru yang dirasakannya bukan saja dilatari kemenangan Apriyani di Olimpiade Tokyo. Tapi juga karena terkenang akan sosok almarhumah sang istri, Sitti Djauhar yang merupakan ibu dari Apriyani.
Sang ibunda lah yang mengantarkan Apriyani dalam menempuh karier sebagai pebulutangkis. "(Menangis) karena kita ingat juga almarhum mamanya selalu mengantar (Apri) ke mana mana. Itulah sehingga meneteskan (air mata)," tutur Amiruddin. Apriyani, kata sang ayah, sudah mengenal bulutangkis sejak usia 3 tahun dari sang ibu.
"Kalau menekuni bulutangkis sejak masih kecil. Sejak masih 3 atau 4 tahun lebih. Pegang raket kayu dengan bulu ayam yang dipakai sagu itu. Yang mendorong Apri bermain badminton itu ibunya," jelas Amiruddin. Kebetulan ibu Apriyani hobi olahraga bulutangkis, tenis meja, dan voli. Ibu Apriyani, tutur Amiruddin, selalu mewakili dinas setempat untuk kompetisi olahraga olahraga tersebut di atas.
"Dulu ibu itu buruh, hanya saya minta berhenti kerja karena ada anak anak. Supaya dia urus anak anaknya," tutur dia. Selain itu Amiruddin juga bersyukur lantaran beberapa tahun terakhir Apriyani selalu menjadi juara satu di berbagai kompetisi bulutangkis. "Kalau juara, di Spanyol dia juara, Alhamdulilah . Di Prancis, India, Thailand, juara satu, Alhamdulilah . Orangtua hanya doa, tinggal kewajibannya mendoakan supaya dia sehat selalu, dan bisa dia aktif terus di pelatnas," ucap Amiruddin.